Bastian, Gendeng, Sableng, Bastian
Selain TVRI, Radio, Wiro Sableng adalah seperti bacaaan Wajib bagi anak anak era sebelum tahun 2000-an, hampir semua lapisan masyarakat tahu akan yang namanya pendekar kapak maut, Naga Geni 212, Wiro Sableng. Tokoh fiktif cerita silat indonesia, penulis dan peraciknya adalah Bastian Tito Lahir 23-8-1945 dan wafat 2-1-2006, mistis yaa? He.. he.. he… tak lain dan tak bukan adalah ayah dari Vino Bastian.
Wiro Sableng dan Sinto Gendeng
Adalah Suci wanita yang di cintai oleh oleh Suranyali, namun suci tidak mencintainya. Demi menuntut ilmu kelabang hijau di gunung lawu, Suranyali meminta waktu satu tahun untuk kembali dan mengawininya kelak, alih-alih menunggu satu tahun Suci malah menikah dengan Ranaweleng seorang kepala kampung di desa Jatiwalu, dan baru saja di karuniai bayi laki laki.
Mendengar perkawinan Suci dengan Ranaweleng, Suranyali yang telah mengganti namanya menjadi Mahesa Birawa murka, mengirim anak buahnya ke Jatiwalu dengan membawa pesan agar Rana Weleng meninggalkan Suci istrinya dengan membawa serta bayinya, namun ditolak. Perkelahian dengan ilmu kanuragan tingkat tinggi berajian sakti mandraguna tak terelakkan, akhirnya Ranaweleng tewas di tangan Mahesa Birawa berkat ajian Kelabang Hijau dari Lawu. Rumah Ranaweleng diratakan dengan tanah oleh amukan si jago merah oleh begundal-begundal Mahesa Birawa dan si bayi di selematkan oleh kelebatan bayangan manusia sakti bernama Sinto Gendeng, seorang pendekar wanita yang telah lama meninggalkan hiruk pikuk dunia persilatan tanah Jawa.
Sepenggal kisah yang di tulis oleh Bastian Tito untuk memperkenalkan tokoh dan latar belakang Wiro Sableng, yang nama sebenarnya adalah Wiro Saksono. Kisah tersebut tertulis pada jilid pertama serial silat ini yang di beri judul “Empat Berewok dari Goa Sanggreng”.
Pembelajaran yang berbekal kelakuan aneh dari wanita sakti Sinto Gendeng telah menjadikan Wiro Menjadi Sableng. Penempaan si Gendeng di gunung Gede menjadikan si Wiro menjadi Sableng berbalut kesaktian yang mandraguna. Si Sableng akan kembali 17 tahun lagi, sesuai pesan yg di tulis si Gendeng kepada Mahesa Birawa.
APA YANG KAU LAKUKAN HARI INI
AKAN KAU TERIMA BALASANNYA PADA TUJUH BELAS TAHUN MENDATANG!
212 : Filosofi, Imaginasi dan Story Telling
Pendekar adalah pahlawan kebenaran, menolong yang lemah dan membasmi kejahatan. Angka 212 banyak mendapatkan tafsiran, bisa 1 untuk Sang Yang Esa, bisa 2 mata, 2 telinga, 2 orang tua, siang malam, baik dan buruk dan seterusnya. sebuah pemikiran yang kita tangkap dari Bastian Tito. Angka 1 diantara angka 2 seolah memberi pesan jika kau ragu antara 2 pilihan, ingat Sang 1, sederhana penuh makna, dari sebuah master piece.
Bastian Tito menggunakan gaya bahasa yang lugas, dialog cenderung kasar. Jurus Kunyuk Melempar Buah, pukulan Angin Es, pukulan Sinar Matahari dan Ilmu Silat orang Gila. Untuk satuan jarak dengan satuan tombak, untuk waktu sepenanak nasi. Metafor dan Hiperbola. Seperti dalam jilid “Dendam Orang-Orang Sakti”:
Dalam jarak dua tombak, dengan satu sentakan keras maka kuda Tapak Luwing melompat ke muka. Dua anak buahnya menyusul. Tiga golok berkelebat di bawah cahaya redup bulan sabit. Lima golok menyambutinya!
Dan dalam Hidung Belang Berkipas Sakti:
Berlari selama kira-kira sepenanakan nasi sampailah keempat orang itu ke tempat yang dituju yaitu Teluk Segara Anakan. Suasana tampak tenang. Ombak bergulung-gulung dari tengah lautan menuju pantai dan memecah teratur di pasir, di antara batu-batu karang yang banyak bertebaran di sana-sini.
Pendekar Jenis Baru
Penggunaan istilah yang brilian demi menggambarkan sosok Wiro yang Sableng dengan setting jaman dahulu. Pendekar yang umumnya bersahaja, gagah, berwibawa dan sopan tak tampak dalam diri Wiro Sableng, yang ada cengengesan, temperamen dan nyeleneh seolah Bastian ingin melawan arus, atau ingin memberikan pesan jangan hanya menilai seseorang dari penampilannya. Alur cerita tidak berbelit, dalam balutan halaman yang tak begitu tebal, murah, mudah dimengerti dan menarik.
Tak lengkap seorang pendekar tanpa senjata Pamungkas. Kapak ini terbuat dari logam dan gading. Kapak besar bermata dua, dengan gagang berupa seruling dan ujung gagang berbentuk kepala naga. Mulut ukiran naga dapat menembakkan jarum-jarum beracun, dengan jalan menekan tombol rahasia pada kapak. “Seruling” di gagang kapak dapat ditiup dan mengeluarkan suara yang sangat dahsyat. Tebasannya terlihat seperti sinar putih dan mengeluarkan bunyi seperti dengungan ratusan tawon. Kapak ini juga mengandung racun mematikan.
Bakat dan Pencapaian
Dari renungan, riset, teknik penulisan telah membawa Wiro Sableng sampai pada jilid 185 yaitu Jilid “Jabang Bayi dalam Guci” . Sedangkan dari 186-192 ditulis oleh mike Simons. Sebuah serial yang panjang.
Cerita Silat ini telah diapatasi dalam layar kaca dan layar lebar. Ken Ken sempat menjadi ikon yang berhasil dalam kapasitas sebagai Wiro Sableng dalam layar kaca diera 90-an. Kini Pendekar 212 telah mendapat apresiasi internasional dengan di produksinya kembali layar lebar bersama 20th Fox Century.
Yang uniknya darah daging Bastian Tito sendiri yang memerankan si Wiro yang Sableng, Vino Bastian. Bastian Tito Sudah teruji bakat dan pencapainnya. Berharap Wiro Sableng Versi 20th Fox Century… will not be just another blockbuster popcorn cinema.