Kesibukanku
Seperti biasanya, menjelang akhir tahun buku kesibukan kantorku semakin banyak. Kebanyakan klien-klien yang berlomba-lomba untuk menghabiskan alokasi dana tahun berjalan. Agar terlihat mampu memanfaatkan anggaran dan mungkin anggaran tahun depan bisa ditingkatkan.
Sepuluh hari di Pontianak, seminggu di Surabaya. Pulang ke Jakarta dan diam di Jakarta selama 1 bulan untuk selanjutnya perjalanan ke Palu. Prinsipku: “Selama aku masih bisa kenapa tidak?”
Tanpa Tanda
Semua Normal
Matahari masih terbit di Timur dan tenggelam di Barat ketika akhirnya aku kembali ke Jakarta. Kota sok sibuk yang membuatku muak. Sok sibuk, orang-orangnya terlihat berlari-larian menuju kantor padahal kalau mereka berangkat lebih pagi, tidak perlu ada acara lari-larian.
Setiap pagi pada saat jam berangkat kantor, semua seperti berangkat bersamaan dan dengan tingkat disiplin yang seperti tiarap, terjadi kemacetan dimana-mana. Mereka yang buat macet karena tidak disiplin, mereka pula yang marah-marah. Kalau bukan sok sibuk, aku tidak punya kata-kata lain untuk menjelaskannya.
Dan Terjadilah
Aku bangun pagi itu seperti biasanya, golek-golek sebentar, mengumpulkan nyawa kalo orang bilang. Duduk sebentar dipinggir tempat tidur, menguap, menggeliat dan tiba-tiba semua semakin gelap!
Aku tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi, ketika menggeliat aku sedikit menutup mata dan tiba-tiba seperti banyak cahaya kecil-kecil berterbangan di kamarku. Lalu makin lama pandanganku semakin gelap.
Kilas Balik
Masa Kecil
Aku duduk dibangku kedua dari depan di kelasku, aku masih memakai seragam putih-merah. Sebetulnya aku ingin duduk di bangku paling depan, tapi sepertinya itu bangku khusus anak perempuan. Aku sangat bersemangat untuk belajar, karena sedari kecil aku diajari oleh orang tuaku untuk rajin belajar untuk mengejar cita-citaku, menjadi seorang Ilmuwan.
Pulang sekolah aku langsung pulang untuk tidur siang, tentunya setelah makan siang dan bangun pada sore hari untuk mandi dan selanjutnya aku belajar. Mengerjakan PR yang diberikan dan bila tidak ada PR aku berusaha membaca ulang pelajaran yang tadi pagi aku pelajari. Istirahat sebentar untuk makan malam, lalu bersiap-siap tidur untuk bangun pagi, mandi, sarapan dan berangkat lagi ke sekolah.
Begitu terus hingga aku kuliah.
Masa Muda
Di bangku kuliah sebetulnya rutinitasku tidak terlalu berbeda dengan semasa sekolah dulu. Hanya saja sekarang aku mulai menambah kegiatanku untuk mencoba mencari pemasukan tambahan. Kadang dengan membantu mengerjakan tugas-tugas teman kuliahku yang malas, bodoh tapi banyak duit. Sebelum aku mengerjakan skripsiku sendiri aku telah 3 kali menyelesaikan skripsi kakak kelasku dengan hasil yang cukup memuaskan.
Setelah lulus kuliah aku langsung berwiraswasta, mungkin karena insting yang kuasah sejak kuliah, dan aku langsung berhasil berkat kerja kerasku. “Kalau ingin menjadi seorang yang luar biasa, lakukan hal-hal yang luar biasa”, ketika semua temanku sibuk menjadi karyawan bekerja 9 jam sehari, aku sudah menjadi pengusaha dengan jam kerja rata-rata 15 jam sehari.
Selamat Jalan
Sayup-sayup aku mendengar dokter berkata kepada ayahku kalau penyakitku sudah parah, hanya tinggal menghitung hari. Antara bingung, shock dan tidak tahu apalagi, aku seperti hampir pingsan lagi.
Samar-samar aku melihat tanah pekuburanku yang sepi. Hanya ayah saja yang terlihat, karena ibu sudah lebih dahulu mendahului aku. Teguh, walau tampak sedih di raut wajahnya. Memang beliau adalah orang paling tabah yang pernah kukenal.
Tidak ada teman-teman kecilku, karena memang sewaktu kecil aku jarang berteman. Tidak ada pula teman-teman yang kubantu kuliahnya hingga lulus, dengan bayaran tentunya. Bahkan klien-klien yang walaupun menghubungiku subuh-subuh tetap kulayani, tidak ada yang terlihat. Hanya ayahku yang mengucapkan selamat jalan.
Dan dalam diamku, kubayangkan betapa aku sibuk menyiapkan masa depanku hingga aku lupa menikmati hidupku dan harus pergi dalam sepi.
Tiba-tiba suara dering handphone membangunkan aku. “Klien Besar”, tampak nama orang yang menghubungiku.