Sebagai negara yang hanya mengenal dua musim, Indonesia beruntung karena jarang sekali mengalami cuaca ekstrim apabila dibandingkan dengan negara negara lain. Musim kemarau dan musim penghujan kurang lebih berbagi rata lamanya. Itu dulu ketika semuanya bergantung pada kebaikan alam. Sikap manusia yang cenderung tidak adil pada alam telah menghasilkan istilah baru, pemanasan global. Cuaca ekstrim menjadi kendala baru khususnya dalam dunia pertanian yang notabenenya menjadi status bangsa ini sebagai negara agraris. Bahkan Indonesia mendapat julukan Surganya dunia. Untuk mengatasi gejala alam inilah diperlukan terobosan baru, bukan untuk meniadakan hujan tapi cukup mengarahkannya dengan rekayasa cuaca.
Kebutuhan Curah Hujan
Menyikapi kondisi cuaca yang semakin tidak menentu dan keinginan untuk mempercepat proses tanam panen berbagai upaya telah di lakukan. Baik dari sudut pembibitan, varian sistem pengairan dan tentunya adalah curah hujan, dimana masih banyak yang menggantugkan pada curah hujan alami untuk sebagian para petani di negara ini.
Besarnya kecilnya curah hujan tidak serta merta berimbas pada dunia pertanian semata, wilayah perkotaan pun mendapatkan imbasnya. Curah hujan yang terlalu tinggi akan berimbas pada banjir, curah hujan yang kecil dan berkepanjangan akan menimbulkan cuaca yang selalu panas sehingga berpengaruh pada pengeluaran masyararakat . AC yang akan menyala lebih lama, serta dampak emisi dari AC itu sendiri yang sedikit banyak akan mempengaruhi alam secara keseluruhan.
Rekayasa Cuaca
Dilansir dari www.alatuji.com banyak anggapan yang berkembang di lingkungan masyarakat jika rekayasa cuaca adalah upaya untuk menghentikan hujan yang datang. Namun, banyak pula yang mengatakan jika aksi tersebut digunakan untuk menghancurkan awan. Lebih parah jika ada yang menganggap hal ini sebagai teori konspirasi HAARP.
Secara arti luasnya, Rekayasa Cuaca atau Weather Modification Technology (WMT) merupakan upaya untuk mengubah tingkat curah hujan yang turun secara alami dengan mengubah prosesnya secara fisika di dalam awan.
Proses fisika tersebut dapat berupa tumbukan dan penggabungan atau proses pembentukan es. Jadi, Rekayasa Cuaca sifatnya mengubah bukan menghentikan. Jika disebut mengubah curah hujan bisa diartikan secara sederhana mengurangi intensitas curah hujan yang cukup tinggi di wilayah tertentu.
Lalu, bagaimana proses Rekayasa Cuaca? Ternyata cukup sepele, hanya menebar Natrium Klorida atau dikenal dengan nama garam dapur. Namun, tidak sesepele banyangan kita. Berton-ton garam dapur disebar di awan di ketinggian dan lokasi tertentu.
Garam dapur tersebut akan mengikat air di awan dalam proses kondensasi. Setelah dua jam proses selesai, setelah memprediksi sebelumnya arah angin yang membawa awan tersebut, maka hujan bisa diturunkan lebih cepat di wilayah yang diinginkan. Sehingga, di lokasi tertentu yang awalnya berpotensi hujan bisa dikurangi intensitasnya.
Catatan Sejarah
Rekayasa cuaca/curah hujan khusus telah banyak di lakukan sebelumnya.
- Cirrus project 1947, salah satu eksperimen cuaca yang terkenal melibatkan militer adalah Project Cirrus yang dilakukan militer AS. Proyek yang dilakukan tahun 1947 ini dimaksudkan untuk ‘memodifikasi badai.’
Melansir The Black Vault, hal ini dilakukan karena prakiraan cuaca menyebut bahwa ada sebuah badai yang ingin diubah arah berjalannya. Perlawanan terhadap badai ini dilakukan dengan cara menerbangkan beberapa pesawat militer AS ke arah badai tersebut dan ketika berada di dalam badai, setiap pesawat melepaskan 82 kilogram dry ice yang telah dihancurkan.
Parahnya, badai yang awalnya mengarah ke lautan lepas, akhirnya justru mengarah ke kota bernama Savannah, yang berada di negara bagian Georgia. - Negara bagian Illinois, AS, adalah negara yang cukup bergantung pada pertanian di sebagian besar industrinya. Dengan iklim yang kering di area Midwest AS, modifikasi cuaca sudah terpikirkan sejak tahun 70-an.
Dilansir dari jurnal yang dipublikasikan di Illinois Periodicals Online, yang juga ditulis oleh presiden dari Weather Modification Association saat itu, Stanley A. Changnon, Illinois-lah yang pertama punya ide soal modifikasi cuaca, dan eksperimen pertama sudah dilakukan pada tahun 1975. Tentu eksperiman di kala itu masih banyak yang belum berhasil, dan tidak ada perubahan signifikan dalam hal cuaca.
Israel juga melakukan berbagai eksperimen sejak serupa tahun 70-an, agar curah hujan dari laut Mediterania bisa tumpah di negara tersebut. - Jelang Olimpiade 2008 di Beijing, upacara pembukaan adalah hal yang paling disiapkan secara habis-habisan oleh pemerintah China. Tentu momen ini tak mau dirusak oleh hujan dan cuaca buruk lainnya. Akhirnya, pemerintah China menjalankan program penyemaian awan.
Melansir independent.co.uk, hal ini dilakukan dengan cara menembakkan 1.000 roket ke udara di hari-hari menjelang upacara pembukaan. Hal ini dilakukan untuk menyebarkan awan hujan yang mengancam dengan hujan yang besar.
Di China sendiri, kegiatan ini merupakan hal biasa. Pemerintah China sangat gemar memastikan sebuah hari libur tetap kering dan bebas hujan dengan cara tersebut. Seringkali dengan metode yang sama, hujan juga dibuat untuk membersihkan beberapa area dari polusi dan asap hingga langit tetap biru bebas kabut asap.
Rekayasa Cuaca Tradisional Indonesia
Hal menarik lagi lain adalah adanya rekayasa curah hujan melalui pawang. Hal ini bukan hal asing di indonesia. pawang telah menjadi solusi ketika curah hujan sedang tinggi sementara kegiatan di luar ruangan akan dilaksanakan baik pada level hajatan kampung maupun event dalam skala nasional.
Referensi:
- alatuji.com
- Icons made by Pixel Buddha from www.flaticon.com is licensed by CC 3.0 BY